HUBUNGAN MALAYSIA INDONESIA

di tulis oleh bawor suhadi tertanggal 12/11/2009






Beberapa waktu yang lalu ketegangan antara dua Negara serumpun ini memuncak di saat kita menghentikan sementara pengiriman pekerja pembantu rumah tangga yang kabarnya di karenakan kasus siti hajar yang di siksa majikannya. Sebenarnya yang terjadi ini bukanlah hanya kasus siti hajar saja tetapi ini adalah buntut dari berbagai kasus dan sengketa antar kedua Negara. Mulai dari kasus sipadan – ligitan yang akhirnya jatuh ke tangan Malaysia di mahkamah internasional,kasus ambalat,kasus tari reog ponorogo,tari pendet,batik,dan masih banyak sekali kasus lain yang membuat kedua bangsa ini seolah olah musuh bebuyutan.di tambah lagi kelakuan segelintir warga lombok yang melarikan gadis malaysia adalah momok permusuhan di antara rakyatnya.kebencian wanita malaysia terhadap pria indonesia adalah akibat ulah satu dari beribu ribu pria lain,yang terkena lagi lagi adalah nama indonesia.Dan kononnya juga karena kemakmuran Malaysia mendorong jutaan rakyat bangsa kita merantau mengadu nasib di tanah jiran kita ini. Dari yang legal sampai yang illegal dari pekerja kebun sampai ilmuwan pun rela menggadaikan kepandaianya demi ringgit di banding memajukan Negara sendiri dengan rupiahnya. Sebetulnya bukan salah mereka juga memilih itu semua,bagi para pekerja yang kebetulan hanya mempunyai tenaga di banding ilmu,memilih merantau ke Malaysia karena mereka di tuntut kebutuhan, gagalnya pemerintah kita menyediakan lapangan kerja untuk warga yang kurang bernasib baik dari sisi ilmu,membuat mereka terpaksa mengadu nasib keluar Negara. Sama halnya seperti sebagian ilmuwan yang juga menggadaikan ijasahnya di luar Negara di mana mana di belahah dunia ini,di karenakan kurang di hargainya pendidikan mereka di Negara sendiri dari segi pengahasilan maupun tempat menerapkan ilmu yang telah mereka gali dan tentunya menghabiskan banyak dana. Banyak nya warga kita di Malaysia dan mudahnya masuk kenegara ini membuat carut marut control pemerintah terhadap mereka,walaupun kita wajib menyalahkan pemerintah karena kegagalanya mengurus warganya sendiri di negeri orang. Memang mereka adalah pahlawan devisa itu betul ! tetapi sepatutnya Negara menghargai dan melindungi mereka selayaknya pahlawan Negara. Banyak kasus kejahatan di Negara jiran ini yang melibatkan warga kita. Bukan mereka sengaja datang ke malaysia untuk jadi penjahat tetapi karena ke ilegalan semata mata yang membuat mereka berjuang untuk hidup di negri orang karena menyandang stutus “pendatang haram” di negri jiran. Banyak dari mereka terjebak di negeri Malaysia yang membuat mereka tak bisa pulang. Padahal mereka sangat mendambakan bisa pulang ke Negara asalnya.
Trus…apa tugas KBRI sebenarnya? Tentunya bukan mencari investor semata mereka duduk di Malaysia. Dan bukan hanya menggebor gemborkan indahnya Indonesia di sana. Bagaimana dengan rakyat kecil kita di sana yang hidup penuh dengan tekanan walaupun seolah bergelimangan harta tatkala mereka menukar ringgit menjadi rupiah untuk keluarganya di sini. Status illegal…! kita yang tidak mengerti pasti menyalahkan si individu yang menyadang status itu. Itu adalah anggapan yang salah, banyak hal yang membuat mereka jadi illegal. Saya pribadi merasa harus menyalahkan pemerintah kita. Kenapa..? saya hidup di Malaysia hampir satu tahun ( mungkin munafik karena saya menulis kata kata di atas tadi ) saya hidup bersama dengan rakyat jelata kita di sana dari mulai pembantu sampai pekarja professional dengan taraf penghasilan berbeda beda. Satu hal yang saya soroti adalah yang illegal. Saya pernah berbincang dengan banyak warga kita yang illegal di sana. Kenapa dan bagaimana bisa menjadi illegal dan terjebak di Negri yang kononnya surga bagi para pekerja. Ada banyak jawaban dari mereka tapi satu inti dari permasalahan ini adalah kurangnya informasi dan kurangnya pendidikan dan pengetahuan yang mereka miliki sehingga tak tau harus kemana mereka mengadu setelah terjebak di Negara ini. Ini salah siapa…? Saya rasa juga salah pihak KBRI selaku wakil pemerintah di negri jiran kita ini, mereka tidak akan mau tau soal soal sepele seperti ini yang mereka tau adalah kasus besar saja. Karena mereka tak pernah bergaul dengan rakyat kecil kita di sisi ini. Mereka hidup mewah dengan gaji besar dan fasilitas Negara untuk mereka, dari sisi mana mereka membantu rakyat kita yang illegal ini. Pendidikan mereka rendah dan informasi sulit di dapat kemana lagi mereka akan mengadu. Bagi yang tau mereka takut kalau lapor akan di tangkap oleh pihak KBRI. Ketakutan mereka adalah sangat wajar dan bukan kebodohan semata. Kenapa meraka seperti itu? Ini satu lagi kegagalan pemerintah kita menyediakan pendidikan yang memadai, yang bisa terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Sekarang masalah pendidikan bagi mereka sudah terlambat karena mereka sudah terjebak di negri jiran ini dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang sedikit.
Jalan keluarnya adalah kampanye besar besaran membujuk warga kita yang illegal untuk dengan suka rela pulang ke Indonesia,karena biasanya mereka sudah merasa betah dan menikamati hidup di sini walaupun illegal dan pemerintah wajib menjamin keamanan mereka selama proses itu. Mereka sangat mudah diperas karena status mereka. Jalur informasi di sana tak semudah di negri kita ini yang menganut kebebasan pers walau kadang kebablasan. Jadi KBRI wajib memastikan info itu sampai ketangan mereka. Itu memang sangat sulit dan atau bahkan mungkin ini semua KBRI telah melakukannya. Terus bagaimana mereka tau,saya saja yang setiap hari terbang berkelana di internet pun tak tau apalagi mereka yang tak tau sama sekali apa itu internet. Apakah saya dan kawan kawan semua terlalu bodoh. Saya rasa memang iya..! kami sangat bodoh di negri orang karena kesalahan KBRI selaku wakil Negara. Memang sulit mengurus orang sebanyak itu,tapi itu bukan alasan kalau tak mampu lebih baik jangan jadi duta di sana.
Rasanya saya memang sangat kesal dengan pemerintah saat saya tinggal di sana. Rasa Nasionalisme di sana sebenarnya tumbuh dan sangat kuat. bagaimana tidak,tak ada satupun artikel di media sana yang memuji Negara kita semua menyudutkan kita. Dari mana mana kasus,tak ada media yang memihak kita. Walaupun peperangan antar dua Negara ini tak berdampak langsung bagi warga kita di sana sebab warga Malaysia pun tak pernah mau ambil tau masalah itu. Dan artikel tentang itu tak fulgar seperti di Negara kita yang begitu bebasnya. yang menyakitkan adalah sebagian besar individu malu untuk menyebut asal kita dari Indonesia. Walupun akhirnya mengenalkan asal Negara kita tapi itu tanpa kebanggaan. Sebisa mungkin kita menyembunyikan logat kita dengan belajar bahasa Malaysia untuk menghindar dari kesan orang INDON. Begitu parahkah…? Hanya yang pernah duduk dengan mereka saja yang tau,bagi pemerhati tanpa hidup langsung dengan mereka tidak akan pernah tau,Dan hanya sok tau. ini memang kasus sepele tetapi efeknya sangat besar. Bagi para “pendatang haram” mereka menyebutnya, sangat rentan dengan tindak kejahatan karena mereka perlu makan dan bertahan hidup,sedangkan kerja yang halal tentunya sedikit susah karena status itu. Kalau sudah begini kasus demi kasus terjadi akhirnya tertangkap pihak berkuasa,dan berita menyebar keseluruh semenanjung Malaysia. “Satu kesalahan seseorang akan menutup sepuluh kebaikan di balik kesalahan itu” itu adalah pepatah realistic di kehidupan kita. Dengan 10-20 kasus saja selama 1 tahun itu sudah mampu mencemarkan nama Indonesia dan menutup semua kebaikan Negara kita untuk negri dongeng ini. Dan itu saja yang akan di ingat oleh warga Malaysia sepanjang hidupnya. Itulah sebagian rentetan yang terjadi dan masih banyak lagi di balik itu semua,kasus nyata dan hal sepele yang tidak akan dapat pamor apabila kita memperjuangkan mereka,dan pahlawan itu sampai saat ini belum ada,mengingat banyaknya warga kita yang hidup secara illegal di sana.
Memang harus kita akui Malaysia jauh lebih maju dari kita, melongok dari sejarah masing masing Negara tentunya memang jauh, Malaysia yang di jajah inggris terdidik dengan baik dari segi ilmu pengetahuan,sedangkan kita di jajah belanda yang tidak memperbolehkan rakyat nya pandai. Itu masa lalu yang harus kita warisi, setelah merdeka di era sukarno kita sangat erat dalam persahabatan kedua dua Negara karena alasan sedarah sedaging,serumpun dan seidealistik. Tetapi kedua dua Negara ini memilih jalur masing masing setelah merdeka. karena di kala itu sukarno meneriakan anti kapitalis (anti barat),sedangkan Malaysia lebih memilih pro barat. Ketika sukarno mempersiapakan rakyatnya berperang menentang new imperialis, Perdana mentri Malaysia yang pertama Tun abdul rahman dengan bangga memilih dasar negaranya yang mementingkan makanan untuk rakyatnya,bukannya peluru,lebih mengutamakan pakaian untuk rakyatnya dari pada seragam tentara,menyediakan aspal untuk jalan rakyatnya bukannya memaksa jalan di hutan dan juga menyediakan perumahan bagi rakyat bukannya barak untuk angkatan daratnya. Karena mempertahankan harga diri Negara atau pemimpin kita kala itu lah secara tidak langsung mengorbankan rakyat kita saat ini.
Kata kata yang sangat mudah saat ini kita ucapkan ini,lebih 30 tahun lalu Malaysia terapkan,saat ini Malaysia menikmati hasilnya. Kemajuan dan kemakmuran rakyat malaysia adalah hasil dari warisan masa lalu. Kita menganggap sebelah mata dengan kemerdekaan Malaysia yang merdeka tanpa berperang atau kemerdekaan di beri oleh pihak barat. Tak sadarkah kita bahwa secara tidak langsung kita pun di beri kemerdekaan oleh barat. Masih ingat penjajahan belanda siapa yang mengusir belanda toh bukan kita tapi jepang dan siapa yang mengusir jepang toh bukan kita juga tetapi amerika dan sekutunya dengan bom atomnya di Nagasaki dan Hiroshima. Dengan menyerahnya jepang kepada sekutu di pihak lain kita mencuri waktu untuk memproklamasikan kemerdekaan. Walau setelah itu banyak peperangan yang harus kita lakukan tapi itu semata mata mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamirkan.Bukanya kita tak menghargai pahlawan,perjuangan mereka adalah contoh nyata kekuatan negara kita,hanya saja tak harus anti terhadap negara barat. Kenapa kita mesti malu mengakuinya dan harus menentang kapitalisme pada akhirnya. Toh kemajuan dan kemakmuran Malaysia saat ini yang dengan asas pro barat pun lebih islami dari kita kalau itu yang kita takutkan. Kita yang beragama islam memang lebih banyak tetapi islamiah itu jauh di bawah Malaysia.betapa agama di pegang teguh di sana.
Pasar bebas bukan untuk kita takuti tapi harus kita hadapi globalisasi adalah hal yang memang pasti kita akan terima hakekatnya. Kita instropeksi diri bahwa kita sekarang memang jauh di bawah Malaysia. Bukan kita tak menghargai para pahlawan yang mati matian mempertahan kan kemerdekaan. Negara Kita ini belum bisa hidup mandiri jadi jangan sombong ingin hidup sendiri tanpa bantuan Negara maju lainya. Tak salah rasanya kita pro satu Negara maju demi rakyat kita bukanya mempertahankan harga diri yang membawa kesengsaraan rakyat sehingga menjadi “pendatang haram” di negri orang,jadi bahan olok olokan dan bahkan di permainkan nya Negara kita dengan di usiknya batas batas wilayah Negara kita. Kita bagaikan harimau tanpa taring,bagai gajah tak punya gading dan bagai elang yang kehilangan sayapnya. Kita ini Negara kuat tapi seperti sangat lemah di mata internasional,kita Negara besar dan kaya tetapi karena kebobrokan pejabat dengan korupsinya kita jadi sangat kecil di mata dunia. Dan kita sebenarnya bisa terbang mengelilingi dunia karena kepandaian warga kita tetapi kita tak mampu terbang karena sayap pun sudah tidak ada.
So...Bagaimana anda akan menyikapinya....?

Comments

Popular Posts